a. Siapa saja yang terlibat tawuran?
Tawuran melibatkan pelajar dari
sekolah yang bersangkutan (dari SMP, SMA dan mahasiswa atau universitas). Selain
pelajarnya yang terlibat, guru-guru serta nama baik sekolahan tersebut pun akan
ikut terlibat, dan nantinya justru akan merugikan banyak pihak (tidak menutup
kemungkinan juga dari pihak luar, contohnya saja pihak berwenang dari kepolisian).
b. Faktor-faktor penyebab tawuran?
Faktor yang menjadi penyebab
tawuran biasanya adanya cekcok mulut (perselisihan) antara satu sekolah dengan
sekolah lain atau suatu perkumpulan dengan perkumpulan lainnya. Adanya adu domba
yang berasal dari pihak yang tidak menyukai adanya kedamaian atau kerukunan
antara dua pihak yang bersangkutan. Perebutan wilayah kekuasaan juga terkadang
memicu penyebabnya tawuran. Jiwa premanisme dan rasa kesetiakawanan yang
berlebihan kadang juga menjadi penyebab tawuran.
c. Solusinya?
Harus lebih menekankan sifat sabar
dalam diri masing-masing supaya tidak mudah terpancing emosi. Apabila ada
masalah yang memang harus diselesaikan, sebisa mungkin selesaikan masalah
tersebut dengan duduk bersama dan kepala dingin atau merundingkan
(memusyawarahkan) titik terang dari masalah yang ada dengan sebaik-baiknya
supaya tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan atau dijelekkan. Kemudian
terapkan juga kedisiplinan guru dan peraturan yang tegas jika terjadi
perkelahian antara pelajarnya maupun yang intern ataupun ekstern, misalnya
dengan membuat peraturan untuk mengeluarkan yang bersangkutan dari institusinya.
Mulai terapkan sifat jangan malu atau takut mengatakan “tidak” untuk ajakan ikut tawuran, bahkan sekalipun akan disebut
sebagai pengecut, tidak setia kawan atau tidak cinta almamater. Perbanyak kegiatan
positif yang lebih kreatif. Faktor penunjang lainnya yaitu dari pihak keluarga.
Ciptakanlah suasana yang hangat serta bersahabat pada setiap masing-masing
anggota keluarga, memperkuat kehidupan beragama dan meluangkan waktu untuk
kebersamaan. Dengan cara para orang tua memberikan contoh yang baik kepada
anak-anaknya untuk tidak menunjukan perilaku anarkis yang dapat merusak pola
pikir anak untuk berprilaku yang menyimpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar